Tertanggal 26 Agustus 2012...
Semenjak mengetahui kabar bahwa ibu akan ikut abang tercintaku ke Kalimantan, tepatnya Samarinda, betapa hancurnya hati ini berkeping-keping. Namun, ku tetap usahakan agar kepergian ibunda tersayangku tidak terlalu menjadi bebanku nantinya sehingga abangku dapat dengan tenang disana nantinya bersama ibundaku. Ingin sekali bisa menghalangi kepergiannya itu, namun tak ada alasanku untuk saat ini menghalangi semuanya. Yah, lagi-lagi hanya do'a yang bisa ku panjatkan kepada Pemilik Bumi dan Langit, Allah Tabarakta Ta'ala, "Rabb, jaga ibuku, jaga kakakku, jaga kakak iparku, dan jaga calon keponakanku disana yang akan mulai menjauh kembali dari jarak dekatku. Karena hanya Engkau sebaik-baik penjaga dan pelindung. Aamiin."
Tertanggal 27 Agustus 2012...
Mencoba kembali menunjukan senyum terindah dihadapan banyak anggota keluargaku yang saat itu sedang berkumpul untuk melepas kepergian ibuku ke Kalimantan. Ibu pergi dalam waktu yang ku kira bukanlah waktu yang sebentar. Satu tahun ibu akan meninggalkanku disini bersama kakak-kakakku. Entahlah, masih sangat begitu sulit melepaskan kepergiannya. Hanya bisa menyibukkan diri di kala itu agar ibu tak melihat gurat duka di pelupuk wajahku.
"Ibu, engkau tahu bagaimana sulitnya jauh dari perhatianmu...
Ibu, engkau jua tahu betapa diri ini begitu sulit membiasakan diri tanpa kehadiran sosokmu...
Sosokmu yang selalu bisa membalut sedih dihati, sosokmu yang selalu bisa menjadi penghibur dikala duka, sosokmu yang selalu bisa memanjakanku, sosokmu yang bisa mengerti mauku, sosokmu yang menjagaku dikala sakitku, dan sosokmulah yang selalu senantiasa memberikan warna-warni kehidupanku...
Ibu, aku hanya belum bisa terbiasa tanpamu...
Ibu, aku masih sangat mengingat hari-hari yang selalu kita habiskan berdua...
Ibu, aku butuh sosokmu yang selalu ku rindu..."
Disaat waktunya telah tiba untuk mengantarkan ibu ke bandara, tiba-tiba aku membatalkan diri untuk ikut serta. Entahlah, mungkin karena aku tidak sanggup untuk menatap matanya bila hendak meninggalkanku disini sendiri. Walalu kenyataannya aku tinggal bersama abang dan mbaku, namun buatku tetaplah merasa sendiri, karena ibulah yang tahu kehidupan yang aku mainkan disini. Ibulah yang serba tahu apa dan bagaimana kondisiku.
Setelah ibu beranjak ke bandara, itu berati detikku dimulai untuk menjalani hari-hari tanpa sosoknya yang selalu membangunkanku dari pulasnya tidurku, yang selalu memasakan makanan kesukaanku, dan sosok yang penuh perhatian.
Hidup tanpa ayah, aku sangat terbiasa. Namun, hidup tanpa ibu, sangatlah berat. Begitu rapuh ku menjalani hari-hari tanpa sosok ibu yang selalu menjadi tempat cerita hari-hariku setelah-Nya.
Ibu, tanpamu sungguh ku merasakan kerapuhan duniaku. Gelap tak sebenderang dulu saat masih melalui hari-hari bersamamu. Tapi, ku yakin ibu akan selalu dalam lindungan Allahu Ta'ala yang senantiasa mengawasi dan menjaga setiap makhuluk-Nya dimanapun makhluk-Nya berada.
*LOVE YOU UMMI*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar