Setiap aku mulai mencoba dengan dunia baru tanpa bayangan masa lalu,, aku selalu terjatuh dan merasakan luka yang tak ringan..
Dan ketika aku mencoba bangun kembali dari jatuhku dan berusaha memperkuat langka meraih mimpi,, aku kembali terjatuh..
Jatuh kali ini sungguh menyakitkan sehingga membuatku berpikir beribu kali akan langkah selanjutnya..
Ketika aku sudah siap untuk bangkit dari jatuhku kembali,, aku telah mempersiapkan tongkat agar aku tak lagi terjatuh apalagi hingga terpelosok kedalam jurang yang begitu dalam..
Ada yang berubah disaat aku mengenakan tongkat dalam langkahku menelusuri jalan berimbun..
Jauh lebih tertata langkah itu,, lebih tertahan ketika hendak terjatuh,, dan ada yang memapah saat kaki lengah berjalan mendaki jalan yang berliku..
Setidaknya,, tongkat ini bermanfaat untuk menemani langkah demi langkah yang baru aku daki untuk mencapai puncak gunung nantinya..
Suatu ketika,, tongkat itu ada yang berusaha merebutnya dariku secara paksa..
Sehingga membuatku menghabiskan banyak tenaga untuk mempertahankannya dalam hidupku..
Karena aku tahu betapa berartinya kehadiran tongkat itu dalam mendampingi langkah demi langkah yang aku tahu masih sangat membutuhkan papahannya..
Dan aku sungguh bersyukur kepada Illahi Robbi,, karena aku mampu melindungi tongkat yang telah menjadi teman setiaku mengarungi krikil demi krikil dalam dakianku..
Lalu, aku kembali melanjutkan langkah demi langkah yang sempat tertunda..
Aku singgah disebuah gubuk yang membuatku sangat begitu nyaman..
Dimana pemiliknya begitu ramah menyambutku dan memperlakukan aku bak tuan putri khayangan..
Tiba-tiba,, mata ku terbelalak melihat sesosok perempuan mungil hendak menghampiri kami..
Sontak aku pun menghampiri dia yang sedang berjuang keras melangkahkan kakinya untuk sampai ke tempat kami..
Aku pun langsung membantu memapahnya dan meminjamkan tongkatku kepadanya agar dia mampu berjalan dengan lebih baik..
'Tak usah khawatir tongkat ini Insya Allah dapat membantumu'
Lama ku bertandang di gubuk,, sehingga aku harus tetap melanjutkan langkah yang tertunda kembali..
Ketika hendak mengambil kembali tongkatku,, ku tak kuasa..
Karena dia begitu menyukai tongkatku tersebut yang bisa membantunya memapah dalam berjalan..
Aku mengerti akan perasaannya saat itu..
Sehingga aku tak kuasa untuk meminta tongkatku kembali dari tangan anak teresebut..
Hanya bisa tersenyum lebar melepaskan tongkat yang sudah ku perjuangkan selama ini menemani langkahku di hari-harinya..
Bukan aku tak menginginkan kembali tongkat terebut, tapi aku hanya mencoba menciptakan senyuman karena ku tahu kau lebih membutuhkannya dari aku..
Biarlah aku berjalan tanpa tongkatku agar kau tak lagi tertatih dalam perjalanan yang masih sangat panjang..
Berlarilah dengan sangat kuat lalu bersuara saja,, karena itu cukup untuk membuatku tersenyum..
Selamat tinggal tongkat yang telah merelakan waktunya untuk memapahku selama ini..
Ku mulai lanjutkan langkah dan kali ini tanpa tongkatku..
Semoga ku mampu meneruskan selangkah demi selangkah tanpamu tongkatku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar