Bersyukurlah karena Alloh telah melengkapkan kehidupan kita dengan beraneka ragam nikmat yang ada. Namun, tak seimbanglah jika hanya kesenangan atau keindahan saja yang Alloh hadirkan dalam hidup kita ini. Ujian atau cobaan pun tak kalah banyak ragamnya di dalam kehidupan kita ini. Segala sesuatunya dalam dunia ini Alloh tidak menciptakannya dengan sia-sia. Begitupun dengan penciptaan kita sebagai manusia. Tidaklah Alloh menciptakan kita sebagai hamba-Nya dengan kesia-siaan.
Bagi seseorang yang hanya mengharapkan keindahan atau kenikmatan duniawi saja akan menganggap bahwa setiap ujian yang datang menimpanya adalah sebuah hal yang sangat menyiksanya dan beranggapan bahwa Alloh tidak sayang dengan dirinya dan banyak berpikir buruk terhadap Alloh. Hal ini akan sangat berbeda jika orang tersebut lebih memaknai hidup yang Alloh berikan dan dengan ujian itulah Alloh meninggikan derajatnya (jika kita berhasil melewatinya dengan ikhlas, ikhtiar, dan tawadhu).
Dalam kehidupan pun, Alloh selalu mengingatkan kita untuk bisa berbuat seimbang dalam menjalaninya. Artinya Alloh menyuruh kita agar memperhatikan antara kehidupan di akhirat juga di dunia. Hal ini sesuai dengan Firman Alloh Swt., yang artinya, "Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan duniawi) dan berbuat baiklah (kepada orang lain ) sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" {Q.S. Al-Qashash : 77}
Dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan kita di akhirat dan dunia, maka di perlukannya rasa semangat yang tinggi dalam diri kita sendiri dan juga sosok yang kita jadikan tauladan dalam meraih kebahagiaan yang Alloh sebutkan dalam Firman-Nya tersebut. Tauladan yang tak lain kita kenal dengan sangat kelembutannya dalam berkata dan berprilaku yaitu Rosulullah Saw.. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Alloh" {Q.S. Al-Ahzab : 21} Dari sini terlihatlah dengan sangat jelas bahwa Islam merupakan agama yang Sempurna. Kesempurnaan itu bukan hanya terlihat dalam penjagaan fisik saja melainkan juga penjagaan jiwa.
Di dunia ini Alloh telah banyak hadirkan nikmat kepada kita semua makhluk ciptaan-Nya. Dan sudah sepantasnya jika apa yang diberikan-Nya itu kita manfaatkan dan kita jaga sebisa kita. Semua yang ada di dunia ini akan jauh lebih bermanfaat jika kita pun bisa menggunakannya sesuai porsinya. Karena memang pada dasarrnya Alloh tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan. Disinilah kita dituntut untuk bisa lebih berhati-hati lagi akan segala sesuatu yang bersifat mubah (boleh). Karena di dalamnya bisa saja membuat kita terpeleset ke dalam yang haram. Mengapa demikian ?? Karena kemubahan suatu hal hanya akan membuat kita semakin tak sadarkan diri dalam melakukan sesuatu sehingga berujung pada keharaman. Misalnya, dalam hal makan dan berbicara. Makan dan berbicara merupakan dua hal yang tergolong mubah. Maksud dari perkara Mubah adalah jika di lakukan atau tidak di lakuakan tidak mengapa.
Ketika kita makan, akan menjadi suatu hal ibadah jika kita melakukannya karena Alloh untuk menunaikan kewajiban kita dalam hal perut kita. Namun, tidaklah dengan cara makan secara berlebihan. Karena jika kita makan terlalu berlebihan hanya akan menyebabkan diri kita dirundu dengan rasa kemalasan yang tinggi sehingga kita lalai dari mengingat Alloh Swt.. Nah, dari hal ini bisa kita lihat bahwa sesuatu yang mubah bisa membawa kita kepada jurang haram. Begitu juga dengan berbicara. Semua anggota tubuh kita akan menjadi saksi kelak di akhirat, begitu pula dengan lidah kita ini. Ketika berbicara itu adalah hal yang mubah tidak menutup kemungkinan hal ini akan lebih banyak menyeret kita pada keharaman. Misalkan saja ketika berbicara yang tidak mengandung mudharanya, maka hal ini tergolong mubah namun ketika kita tidak bisa mengeremnya sehingga membuat kita lalai akan mengingat Alloh pun itu menjadi haram. Bukan hanya itu saja, tapi juga ketika kita mengeluh karena kesakitan bisa membawa kita pada mashalat yang haram.
Nah, dari semua ini kita di ingatkan terhadap beberapa perkara yang kita dilarang untuk bersikap berlebihan dalam dunia, diantaranya :
a. Berlebihan dalam Melakukan Perkara yang Mubah.
Dimana perkara mubah ini hanya akan menjerumuskan diri kita ke lembah kemaksiatan. Oleh karena itu sebagai umat muslim kita harus menghindarkan diri kita dari perkara ini. Ibnu al-Qayyim rahimalloh menjelaskan tentang "benteng dari godaan setan, diantaranya menahan diri untuk tidak berlebihan dalam memandang, berbicara, makan dan bergaul bersama orang. Karena setan itu dapat menguasai anak adam dan mendapatkan keinginannya hanya melalui empat perkara tersebut." Oleh karena itu kita haruslah berhati-hati.
Ada kisah yang menceritakan bahwa Malaikat Mikail pun berhenti tertawa ketika mengetahui bahwa Alloh menciptakan neraka. Oleh karena itu Malaikat Mikail selalu berhati-hati dalam segala prilaku dan ucapannya. Lantas, bagaimana dengan kita ?????
b. Berusaha Mengobati Keluhan
Mulai dari sekarang, cobalah oleh pribadai kita untuk tidak gampang atau mudah mengeluh akan keadaan atau situasi diri kita. Baik atau buruk situasi tersebut cukuplah hanya Alloh dan diri kita yang mengetahui agar lebih terjaganya lisan kita yang tak perlu kita ucapakan yang dikhawatirkan akan berlebihan. Ibnu al-Qayyim rahimalloh berkata, " Penyebab kerasnya hati terdapat pada empat perkara, jika keempat perkara tersebut dilakukan dengan melampaui batas, yaitu Tidur, makan, berbicara, dan bergaul (secara berlebihan)." [Al-fawaid, Ibnu al-Qayyim, hlm. 146]
Beliau pun menambahkan, "Setiap orang yang memiliki akal mengetahui bahwa setan itu tidak memiliki jalan untuk menguasai dirinya kecuali melalui tiga arah, (salah satu yang disebutkan) adalah sikap berlebihan. Sikap berlebihan merupakan sikap yang melakukan segala sesuatu dengan melampaui batas, sehingga menjadi berlebihan. Inilah jalan dan pintu masuknya setan ke dalam hati. Cara untuk menghindarinya adalah dengan cara kita mencoba dan berusaha untuk menjaga dan menahan hawa nafsu yang ada. Insya Alloh, jika pintu itu ditutup maka setan pun tak ada pintu untuk memasukinya.
c. Tenggelam dan Melampaui Batas dalam Melakukan Perkara Mubah
Jika sikap ini yang kita lakukan yang terjadi adalah hanya akan membuat hiangnya sikap wara' dalam diri kita sebagai seorang muslim. Sikap wara' merupakan sikap menjauhi yang haram dan syubhat. Dimana sikap ini merupakan salah satu sikap yang paling mulia dalam Agama. Hal ini dijelaskan oleh Aisyah r.a., "Mereka telah meninggalkan perkara yang paling agung dalam agama. Perkara itu adalah sikap wara'. [Az-Zuhud, Imam Ahmad, hlm.297]
Bukan hanya itu saja, dampak lainnya adalah dapat menurunkan derajat ketaqwaan seseorang. Hal ini sesuai dengan sabda Rosululloh Saw., "Seorang hamba tidak akan mencapai tingkatan orang yang bertakwa kecuali setelah meninggalkan perkara yang tidak berbahaya karena hati-hati terhadap perkara yang membahayakan." [HR. At-Trimdzi, dalam bab Shifat al-Qiyamah wa ar-Raqaiq wa al-Wara', no.2451]
Sungguh dari semua ini menjelaskan bahwa Islam adalah Agama yang Sempurna dengan segala kesempurnaan yang telah Alloh ciptakan. sehingga Islam merupakan agama yang jelas kebenarannya. Semoga dalam singkatnya waktu yang kita miliki dapat kita manfaatkan dalam menelusuri ladang ilmu untuk bekal di akhirat kita kelak. Hindarillah oleh kita sikap BERLEBIH-LEBIHAN itu jika tidak ingin MERUGI.
Rujukan : Manshur bin Muhammad al-Muqrin, Jangan Berlebihan!, Pustaka at-Tazkia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar